Posted by : Unknown Rabu, 04 November 2015
Tag :


Teman, Sekutu atau Musuh?
Karya : MUHAMMAD BAYU DWITAMA



Pada saat itu gelap, tiada cahaya dimana pun, lalu…perlahan demi perlahan namun pasti cahaya menyinari mataku…ya tepat, itu pada saat saya baru bangun tidur di pagi hari.
            Cerita yang singkat namun cukup menyedihkan, inilah kisahku. Pagi hari itu telah diumumkan secara pasti bahwa kami akan mengikuti Ujian Akhir Semster (UAS) untuk kelas 9 besok lusa, namun saya tidak terlalu mengkhawatirkan hal tersebut karena pada saat itu uas seakan hanyalah diangga sebagai ujian seadanya, materinya seadanya dan usaha juga seadanya, kenapa?ya…karena kami akan menghadapi Ujian Nasional (UN) dan Ujian Penerimaan Siswa Baru (PSB) untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu SMA. Pada saat pengumuman tersebut diberikan, saya masih berada di dalam barisan, karena pada saat itu hari sabtu dan kami senam pagi seperti biasanya.

“ hai, yu… “ panggil seseorang dari belakangku.
“ hahhh…ooo…hai mang… “ sapaku dan ternyata yang menyapaku adalah seseorang yang cukup penting bagiku pada saat itu, sebut saja Mrs.R.
“ besok UAS kan…?bagaimana persiapan UASnya yu? “ tanyanya.
“ iya kita lusa UAS…ehmmm…seperti biasa tapi kalau UAS kali ini aku kurang semangat karena tidak lagi jadi bahan pertimbangan masuk SMA dan kita sebentar lagi kan mau UN lagi pula jika dibandingkan dengan semester sebelum-sebelumnya materinya hanya sedikit dan hanya berulang-ulang saja dari semester sebelumnya jadi,santai aja lah… “ jawabku dengan panjangnya.
“ benar juga ya…tapi jangan begitu ini masilah sebuah ujian dan harus kita hadapi dengan sepenuh hati dan semangat yaaa.... “ jawabnya dengan menyemangatiku.
“ iya…iya…cerewet banget sih… “ jawabku dengan sedikit jengkel dan bercanda.
“ tapi kalau bayu sihhh…mau belajar atau tidak tidak akan jauh beda nilainya aku rasa...  “ potongnya oleh salah satu teman kami yang bernama ayu dan sempat membuatku kaget karena muncul dari belakangku seperti hantu…
“ hahhhh..dasar kamu sep ngagetin aja…nggek lah pasti beda jadinya kalau saya tidak belajar…btw…septi kan juga sama pintarnya dengan ku malah lebih pintar…kalikkk… “ sapaku dengan gaya bercandaku yang biasanya.
“ huhhh…dasar mamang bayu… “ teetttt…belum sempat septi menjawapnya dan bel masuk pun berbunyi…
“ bel masuk sudah berbunyi tuh…ayo kalian masuklah kelas kalian masing-masing jangan mejeng di sini lagi “ tegur oleh salah satu guru di dekat kami.
“ ok pakkkk… “ jawab kami dan kamipun kembali ke kelas kami masing-masing.

            Hari UAS pun berlalu dan berganti ke hari yang ditunggu-tunggu dan menegangkan yap..tepat sekali UN. UN bagaikan momok yang sangat menakut kan bagi beberapa siswa karena akan sangat menentukan kelulusan dan apakah kita dapat masuk ke SMA atau tidak kah suatu siswa.

Hari sebelum UN tiba….
“ hai put… “ sapaku dengan biasanya di dekat kelas.
“ oh..hai yu… “ sapanya dengan baik seperti biasanya.
“ btw lusa UN kan..?apa kamu tidak siap-siap seperti belajar bareng di kelas atau perpus gitu? “ tanyakku dengan rasa penasaran ku.
“ iya…kalau itu sih, aku sudah siap-siapin dari jauh hari…saya sudah belajar dari 3 bulan yang lalu untuk UN ini jadi saya hanya akan mengulangi pelajaran yang sudah saya pelajari saja. “ jawabnya dengan santainya.
“ ehhhhmmm…niat sekali ujian kali ini? Beda dengan ujian-ujian sebelumnya…? “ jawabku dengan niat sedikit mengejek dia…
“ hahaha…ya beda lah…ini kan UN kita harus hadapi dengan semangat “ jawabnya dengan semangat.
“ ehhhh…semangat, serius biasanya aja kalau ujian tanya dengan aku… “ jawabku lagi dengan mengejeknya lagi…
“ hahaha…jangan di bilang juga…jadi malu… “ jawabnya dengan becanda dan sedikit tersapu malu.
“ kalau sudah belajar berarti kalau saya tidak tahu bisa nanya dong… “ ujarku dengan niat sedikit mengajaknya.
“ huhhh…iya-iya, tapi jika aku tahu jawabanya ya… “ jawabnya dengan sedikit mengeluh dan tidak setuju.
“ okok… “ seruanku.

            Putri merupakan salah satu teman yang dekat denganku dan sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri.
            Akhirnya hari Ujian Nasional pun dating dan ya seperti biasanya, walaupun sulit untuk dikatakan tapi tetap saja itu realita dan seakan sudah mentradisi di beberapa kalangan siswa, ya tepat, ada beberapa siswa yang melakukan kecurangan-kecurangan mulai dari mencontek, ngepek, melihat kunci dll. Pada hal mereka sudah tahu bahwa kunci yang dibagikan yang entah dari mana dapatnya kunci tersebut belum pasti kebenarannya dan mereka juga sudah tahu bahwa paket UN tahun ini menjadi 20 peket yang artinya tidak ada satu pun siswa yang memiliki soal yang sama. Dan seperti biasanya siswa-siswa tersebut banyak yang bertanya pada orang-orang yang memiliki rank atas di kelas.
            Memang sedikit sulit dipercaya namun, saya termasuk salah satunya.

“ hei…hei..yu… “ sapa putrid dengan lembutnya dan melempar sebuah kertas.
“ apa? “ saya menjawab.
“ itu.. “ jawabnya lagi
“ itu..? “ seruku dengan bingungnya.
“ kertas di bawahmu… “ jawabnya dengnan sedikit kesal.
“ ohhhh… “ kesahku

ketika saya baca…seperti yang telah kita ketahui. Dia bertannya beberapa nomor dari soal yang soalnya mirip dengan peketku, yaaa…saya jawab-jawab aja lah pertannyaannya tersebut dengan harapan jikalau saya tidak bisa nanti dia akan membantuku juga.
Selang hari ke hari, dia pun hampir di setiap mata pelajaran yang di ujikan bertanya. Saya hampir kesal dibuatnya, namun, saya tetap menjawab setiap pertanyaannya. Dan sampai hari akhit ujian di mana mata pelajaran yang aku tidak sukai di ujikan dan merupakan mata pelajran kesukaan putrid dan disini lah harapan ku bermula.

“ Put besok jikalau saya tidak tahu di jawab ya pertanaay saya…dari kemarin kamu juga bertanya kepadaku kan…dan kamu kan juga jago dan pinter b.inggris..ok “ ujarku dengan penuh harapan.
“ okok “ di jawabnya dengan sentainya dan dengan sedikit menggerutu.

            Mentari pagi menyinari mataku lagi dari jendela yang letaknya pesis di samping tempat tidurku, ya tepat persis di samping tempat tidurku yang membuat mataku perih dan silau karenanya. Aku pun bangun dengan harapan baru dari mentari untuk menjenjang masa depan yang lebih baik dan berharap hari ini aku dapat menjalankan ujian kali ini dengan lancar. Aku pun bersiap-siap untuk pergi ujian dan pergi dengan do’a dan harapan mentari baru yang menyinari hari ini dengan melalui jalanan yang indah, rerumputan yang hijau, pohon-pohon yang lebat, suara gemericik air yang bak suara biola di telingaku, ya, benar pada saat itu saya berada di hutan belantara karena motor saya sedang digunakan oleh orang tua saya jadi saya harus jalan kaki dari rumah.
            Ujian pun telah dilaksanakan dan ada beberapa soal yang tidak dapat aku jawab yaaa…sebenarnya sedikit banyak sih. Lalu, say bertannya denga putrid.

“ hei..hei…putriiiiiiii…. “ sapaku dengan perlahan, tapi dia tidak menjawabnya bahkan menoleh pun tidak.
“ Putrriiiiiiiii… “ penggil saya dengan sedikit kesalnya tapi, masih perlahan dan seperti suara bisikan-bisikan. Lalu saya kesal dan memanggilnya dengan kesal.
“ woi…putri… “ sapaku dengan kerasnya. Tentu saja itu sampai terdengar sampai ke pengawas bahkan suasana kelas berubah seketika olehku.
“ yang dibelakang harap tenang, jangan mencontek, kerjakan sendiri “ tegur si pengawas tersebut.

Aku masih belum menyerah walaupun sedikit malu tadi akibat hal tersebut, dan yang paling tidak dapat aku terima adalah puri hanya menoleh dengan seakan angkuhnya ke hadapanku. Namun, saya masih tetap berusaha walaupun hal tersebut sedikit membuatku kesal. Kali ini saya melemparkan sepucuk kertas kepadanya. Namun, lagi-lagi seakan tidak bergeming dia tidak menoleh ataupun membaca kertas tersebut. Untuk yang kedua kalinya saya pun melemparkan sebuah kertas kehadapannya dan kali ini tepat jatuh di depan matanya. Aku sangat berharap dia menjawabnya namun, berlawanan dengan apa yang aku harapkan dia malah melaporkan hal tersebut kepada pengawas dan untuk yang kedua kalinya saya di tugur oleh pengawas dan ini merupakan teguran terakhir untukku.
Saya begitu kesal dan jengkel dengan si putrid tersebut. Selesai ujian pun saya lengsung menjumpainya.

“ heii putri…kenapa kamu melakukan hal tersebut hahh…kamu kan sudah janji denganku “ sapaku dengan kasarnya.
“ janji?ya, saya saya memang janji seperti itu tapi saya tidak bilang di dalam janjiku tersebut bahwa saya akan memberikan jawaban soal tersebut say hanya berkata “ iya-iya jikalau saya tahu jawabannya “ dan tidak berarti saya mau.
“ tapi…tapi…kamu selama ini sudah bertanya kepadaku hampir semua ujian dari awal kita sekelas sampai sekarang…dan kamu juga sudah janji…memang hal tersebut tidak kamu katakana tapi kamu kan bisa mengerti maksud perkataan ku waktu itu “ jawabku dengan kesal dan tercengang.
“ hahhh…itu sih salah kamu…kamunya mau…lagian kalau mau pintar ya belajar lah…sudah ya saya mau pergi dulu banyak kerjaan…saya mau mempersiapkan pesta kelulusan dengan teman-teman saya, oh ya kalau kamu mau kamu bisa ikut…tapi ikut bantuin nyuci dan beres-beres…hahaha… “ jawabnya dengan angkuh dan dengan sombongnya yang selangit.
“ sial…sial…sial…K****** si putri itu, dasar putri as****e… “ gerutuku seperti bisik-bisik di lorong kelas yang sudah mulai sepi.

Lalu, datanglah seseorang dari belakangku…
“ kamu kenapa yu? “ tanyanya
“ diam kau… “ jawabku dengan kasarnya “ ohh kamu R “
“ kamu ini kenapa sih, marah-marah gak jelas gitu? “ Tanya ayu kepadaku.
“ oh..tidak, tidak ada apa-apa kok…sudah dulu ya, aku mau pulang dan istirahat “ cakapku dengan lebutnya.
“ ehh…ya sudah, tapi hati-hati ya “ jawab R dengan perhatiannya kepadaku.

            Sesampainya dirumah, tempat yang bisanya indah bak tambang emas milikku sendiri dengan tempat berbaring dan duduk yang nyaman bagaikan sedang berada di surga. Seketika berubah menjadi tempat yang sangat panas dan geresang untuk ditempati…yaa karena pada saat waktu itu siang soalnya jadi panas.
            “ kenapa-kenapa “ ujarku dalam hati “ senyumannya, perlakuannya tersebut kepadaku, kebaikannya salama ini kepadaku bak kakakku sendiri…semua itu hanyalah bohong belaka “ ujuraku lagi dengan kecewanya dalam hati.
            Untuk beberapa datik, menit  bahkan jam aku berpikir “ apakah setiap orang yang aku kenal dan baik kepadaku selama ini hanya lah kebohongan keji belaka yang mereka lakukan hanya untuk kepentingan mereka dan apa itu sebenarnya teman, shabat, pacar apakah mereka sekutu atau musuh? Keluarga, apakah itu hanyalah kata-kata belaka tanpa ada makna sedikit pun? Apakah aku benar-benar mempunyai teman untuk bisa dipercayai lagi atau semua ini hanyalah ilusi dalam ilusi yang membelengguku dalam dimensi yang mengerikan yang mereka sebut dengan KEBOHONGAN “
            “ jadi, siapa sebenarnya yang bersamaku selama ini? Apakah mereka hanyalah boneka dari kebohongan ini belaka “ pertanyaan tersebutlah yang muncul di benakku pada saat itu. Lalu, aku teringat akan satu hal yang pernah dikatakan orang tua ku “ jangan pernah mengandalkan orang lain, percayalah pada dirimu sendiri dan jangan pernah bergantung pada orang lain, biarkan orang lain yang bergantung kepadamu, karena kamu adalah BINTANG BESARNYA DISINI “
            Dan mulai saat itu hampir tidak ada yang bisa saya percayai, yang ada hanyalah saya, keluargaku dan ALLAH SWT. Dan bagiku teman hanyalah sebutan belaka tidak lebih dan belum ada  sesuatu yang benar-benar aku anggap teman dalam arti yang sesungguhnya.
            Mulai saat itu saya hidup dengan satu pedoman :

“ jangan pernah mengandalkan dan bergantung pada orang lain, bergantunglah dan andalkanlah diri kalian sendiri atau kalian akan terjebak dalam dimensi yang kita bisa sebut dengan KEBOHONGAN “
              





           







Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Translate

Popular Post

My Blog List

About

KOK-BISA adalah sebuah blog pribadi yang dibuat guna men-share informasi-informasi dan link-link download guna melancarkan dan turut andil dalam dunia global saat ini. Blog ini juga berhubungan dengan berbagai website, blog dan youtuber lainny yang turut andil dalam mendapatkan informasi dan link download tersebut.

Pages - Menu

- Copyright © 2013 KOK-BISA? -Sao v2- Powered by Blogger - Designed by mbayu35 -